
1. Fa’il
(aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi dan tidak
terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha, tidak berpangku
tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain. Hanya orang yang aktif dan
pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan karya-karya dan amal dan menjadi terhormat
di lingkungannya. Firman Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah
kalian! sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan
kaum mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib
fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang yang mendapat
derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil, tapi ia menjalankan
pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi penderita dalam kedudukannya
sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal ini adalah sahabat Ali ra. Beliau
pernah menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa
pembunuhan yang akan dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah
berencana melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu suku di
jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh para pengundang.
Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut nazilah sebagi rasa
ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu saja mereka yang wafat
mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh sejarah.
3. Mubtada
(pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif kemudian
diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna bagi kehidupan
manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’ (tinggi). Oleh karena
itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa memulai sunnah hasanah (ide positif
dan konstruktif) maka baginya pahala dan pahala orang yang melakukan ide
(sunnah) tersebut”. Ada pepatah Arab mengatakan demikian: الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى “Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun
orang yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki
khobar (informasi) itulah orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan
dalam ilmu komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih
banyak ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun buku itu,
sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak itu informasi
yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita. Informasi dapat kita
peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak
langkah orang yang mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti
langkah dan perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri tauladan
yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita untuk mengikuti
Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda (kedudukan terpuji) di sisi
Allah agar kita mendapat hal yang sama di sisiNya. Di samping itu, salah satu
orang yang akan mendapat derajat tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah
SWT : “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka
yang diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’), bersambung...
Sumber: Kitab muniyyatul faqir.
kata siapa nahwu hanya
untuk membaca kitab nih baca nih???
filsafat ilmu nahwu adalah sebuah konteks yang berisikan ilmu nahwu
tetapi diartikan dengan makna atau arti perkialimat nya sehinggan
menghasilkan satu arti yang berbeda coba di baca sendiri ya???
Bersatu Kita Terhormat
Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda
“rofa’”. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’
berarti tinggi. Maksudnya, bila kita dapat bersatu dengan sesama, dapat
menjaga kesatuan dan persatuan, dapat mempererat tali ukhuwah, bukan
tidak mungkin kita akan menjadi umat yang terhormat dan tinggi (rofa’)
di antara bangsa dan umat lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103).
Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di
antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina
dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).
Ada beberapa keriteria sehingga orang bisa mendapatkan derajat rofa’
(tinggi). Sebagaimana dijelaskan dalam Al Jurumiyah, bahwa di antara
kedudukan kalimat yang mendapat hukum rofa’ atau marfu’ (yang diberi
penghargaan tinggi) adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada’, khobar dan
tawabi’ marfu’(sesuatu yang mengikuti segala kalimat marfu’) seperti
sifat (na’t), badal, taukid dan ‘atof. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fa’il (aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi
dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha,
tidak berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain.
Hanya orang yang aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan
karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman
Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian!
sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum
mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang
yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil,
tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi
penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah sahabat Ali ra. Beliau pernah menggantikan Rasulullah di
tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa pembunuhan yang akan
dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah berencana
melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu
suku di jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh
para pengundang. Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut
nazilah sebagi rasa ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu
saja mereka yang wafat mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh
sejarah.
3. Mubtada (pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif
kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna
bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’
(tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa
memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala
dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah
Arab mengatakan demikian:
الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى
“Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang
yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah
orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu
komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak
ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun
buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak
itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita.
Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya
pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang
mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan
perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri
tauladan yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita
untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda
(kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di
sisiNya. Di samping itu, salah satu orang yang akan mendapat derajat
tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah SWT : “Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang
diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
kata siapa nahwu hanya
untuk membaca kitab nih baca nih???
filsafat ilmu nahwu adalah sebuah konteks yang berisikan ilmu nahwu
tetapi diartikan dengan makna atau arti perkialimat nya sehinggan
menghasilkan satu arti yang berbeda coba di baca sendiri ya???
Bersatu Kita Terhormat
Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda
“rofa’”. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’
berarti tinggi. Maksudnya, bila kita dapat bersatu dengan sesama, dapat
menjaga kesatuan dan persatuan, dapat mempererat tali ukhuwah, bukan
tidak mungkin kita akan menjadi umat yang terhormat dan tinggi (rofa’)
di antara bangsa dan umat lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103).
Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di
antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina
dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).
Ada beberapa keriteria sehingga orang bisa mendapatkan derajat rofa’
(tinggi). Sebagaimana dijelaskan dalam Al Jurumiyah, bahwa di antara
kedudukan kalimat yang mendapat hukum rofa’ atau marfu’ (yang diberi
penghargaan tinggi) adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada’, khobar dan
tawabi’ marfu’(sesuatu yang mengikuti segala kalimat marfu’) seperti
sifat (na’t), badal, taukid dan ‘atof. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fa’il (aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi
dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha,
tidak berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain.
Hanya orang yang aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan
karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman
Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian!
sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum
mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang
yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil,
tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi
penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah sahabat Ali ra. Beliau pernah menggantikan Rasulullah di
tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa pembunuhan yang akan
dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah berencana
melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu
suku di jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh
para pengundang. Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut
nazilah sebagi rasa ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu
saja mereka yang wafat mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh
sejarah.
3. Mubtada (pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif
kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna
bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’
(tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa
memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala
dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah
Arab mengatakan demikian:
الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى
“Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang
yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah
orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu
komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak
ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun
buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak
itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita.
Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya
pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang
mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan
perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri
tauladan yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita
untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda
(kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di
sisiNya. Di samping itu, salah satu orang yang akan mendapat derajat
tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah SWT : “Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang
diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
kata siapa nahwu hanya
untuk membaca kitab nih baca nih???
filsafat ilmu nahwu adalah sebuah konteks yang berisikan ilmu nahwu
tetapi diartikan dengan makna atau arti perkialimat nya sehinggan
menghasilkan satu arti yang berbeda coba di baca sendiri ya???
Bersatu Kita Terhormat
Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda
“rofa’”. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’
berarti tinggi. Maksudnya, bila kita dapat bersatu dengan sesama, dapat
menjaga kesatuan dan persatuan, dapat mempererat tali ukhuwah, bukan
tidak mungkin kita akan menjadi umat yang terhormat dan tinggi (rofa’)
di antara bangsa dan umat lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103).
Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di
antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina
dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).
Ada beberapa keriteria sehingga orang bisa mendapatkan derajat rofa’
(tinggi). Sebagaimana dijelaskan dalam Al Jurumiyah, bahwa di antara
kedudukan kalimat yang mendapat hukum rofa’ atau marfu’ (yang diberi
penghargaan tinggi) adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada’, khobar dan
tawabi’ marfu’(sesuatu yang mengikuti segala kalimat marfu’) seperti
sifat (na’t), badal, taukid dan ‘atof. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fa’il (aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi
dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha,
tidak berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain.
Hanya orang yang aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan
karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman
Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian!
sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum
mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang
yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil,
tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi
penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah sahabat Ali ra. Beliau pernah menggantikan Rasulullah di
tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa pembunuhan yang akan
dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah berencana
melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu
suku di jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh
para pengundang. Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut
nazilah sebagi rasa ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu
saja mereka yang wafat mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh
sejarah.
3. Mubtada (pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif
kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna
bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’
(tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa
memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala
dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah
Arab mengatakan demikian:
الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى
“Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang
yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah
orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu
komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak
ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun
buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak
itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita.
Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya
pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang
mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan
perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri
tauladan yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita
untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda
(kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di
sisiNya. Di samping itu, salah satu orang yang akan mendapat derajat
tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah SWT : “Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang
diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
kata siapa nahwu hanya
untuk membaca kitab nih baca nih???
filsafat ilmu nahwu adalah sebuah konteks yang berisikan ilmu nahwu
tetapi diartikan dengan makna atau arti perkialimat nya sehinggan
menghasilkan satu arti yang berbeda coba di baca sendiri ya???
Bersatu Kita Terhormat
Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda
“rofa’”. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’
berarti tinggi. Maksudnya, bila kita dapat bersatu dengan sesama, dapat
menjaga kesatuan dan persatuan, dapat mempererat tali ukhuwah, bukan
tidak mungkin kita akan menjadi umat yang terhormat dan tinggi (rofa’)
di antara bangsa dan umat lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103).
Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di
antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina
dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).
Ada beberapa keriteria sehingga orang bisa mendapatkan derajat rofa’
(tinggi). Sebagaimana dijelaskan dalam Al Jurumiyah, bahwa di antara
kedudukan kalimat yang mendapat hukum rofa’ atau marfu’ (yang diberi
penghargaan tinggi) adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada’, khobar dan
tawabi’ marfu’(sesuatu yang mengikuti segala kalimat marfu’) seperti
sifat (na’t), badal, taukid dan ‘atof. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fa’il (aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi
dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha,
tidak berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain.
Hanya orang yang aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan
karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman
Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian!
sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum
mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang
yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil,
tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi
penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah sahabat Ali ra. Beliau pernah menggantikan Rasulullah di
tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa pembunuhan yang akan
dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah berencana
melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu
suku di jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh
para pengundang. Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut
nazilah sebagi rasa ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu
saja mereka yang wafat mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh
sejarah.
3. Mubtada (pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif
kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna
bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’
(tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa
memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala
dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah
Arab mengatakan demikian:
الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى
“Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang
yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah
orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu
komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak
ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun
buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak
itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita.
Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya
pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang
mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan
perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri
tauladan yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita
untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda
(kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di
sisiNya. Di samping itu, salah satu orang yang akan mendapat derajat
tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah SWT : “Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang
diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
kata siapa nahwu hanya
untuk membaca kitab nih baca nih???
filsafat ilmu nahwu adalah sebuah konteks yang berisikan ilmu nahwu
tetapi diartikan dengan makna atau arti perkialimat nya sehinggan
menghasilkan satu arti yang berbeda coba di baca sendiri ya???
Bersatu Kita Terhormat
Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda
“rofa’”. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’
berarti tinggi. Maksudnya, bila kita dapat bersatu dengan sesama, dapat
menjaga kesatuan dan persatuan, dapat mempererat tali ukhuwah, bukan
tidak mungkin kita akan menjadi umat yang terhormat dan tinggi (rofa’)
di antara bangsa dan umat lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103).
Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di
antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina
dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).
Ada beberapa keriteria sehingga orang bisa mendapatkan derajat rofa’
(tinggi). Sebagaimana dijelaskan dalam Al Jurumiyah, bahwa di antara
kedudukan kalimat yang mendapat hukum rofa’ atau marfu’ (yang diberi
penghargaan tinggi) adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada’, khobar dan
tawabi’ marfu’(sesuatu yang mengikuti segala kalimat marfu’) seperti
sifat (na’t), badal, taukid dan ‘atof. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fa’il (aktivis). Bila kita ingin menjadi orang yang dihargai, tinggi
dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha,
tidak berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain.
Hanya orang yang aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang membuahkan
karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman
Allah SWT: “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian!
sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum
mu’minin” (At Taubah : 105). Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas
(pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.
2. Naib fa’il (mewakili tugas-tugas aktivis) adalah tipe kedua orang
yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil,
tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il walau harus menjadi
penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah sahabat Ali ra. Beliau pernah menggantikan Rasulullah di
tempat tidurnya dengan resiko yang tinggi berupa pembunuhan yang akan
dilakukan para pemuda musyrikin Makkah saat Rasulullah berencana
melaksanakan hijrah ke Madinah. Contoh lain adalah para huffadz yang
diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu
suku di jazirah Arab, namun nasib mereka naas dikhianati dan dibunuh
para pengundang. Mendengar hal itu, Rasulullah pun membacakan do’a qunut
nazilah sebagi rasa ta’ziyah. Dengan do’a dari Rasul tersebut, tentu
saja mereka yang wafat mendapat kedudukan mulia di sisi Allah, juga oleh
sejarah.
3. Mubtada (pioneer), orang yang pertama melahirkan ide-ide positif
kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna
bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’
(tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa
memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala
dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah
Arab mengatakan demikian:
الفضل للمبتدئ وان أحسن المقتدى
“Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang
yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik”
4. Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah
orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu
komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak
ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak
mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun
buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak
itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita.
Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya
pengalaman.
5, Tawabi’ Marfu’ (Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang
mendapat derajar tinggi). Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan
perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi, maka mereka akan
dihargai. Allah berfirman: “Sungguh dalam diri Rasulullah ada suri
tauladan yang patut ditiru bagimu”. Ayat ini menegaskan kepada kita
untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda
(kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di
sisiNya. Di samping itu, salah satu orang yang akan mendapat derajat
tinggi adalah para penuntut ilmu. Firman Allah SWT : “Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang
diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11). Ilmu adalah
warisan para nabi, dan siapa yang mengikuti (tabi’) langkah nabi ia akan
mendapat kehormatan (rofa’)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
0 komentar:
Posting Komentar